Tulisan Untuk Ibu
Elvina Yanti
May 26, 2013
25
Waktu sudah menunjukan pukul 19.24 Wib. aku masih sibuk dengan urusan kantor. setelah 2 hari tidak masuk cukup ramai email yang berkunjung. ku selesaikan baca semua email tersebut hari ini, agar tidak menumpuk esok hari. dan aku lupa untuk follow akun twitternya itikbali dan fanspagenya itikbali plus twitter dan fanspagenya itikbalihandmade.com dan aku bergegas bersiap untuk pulang. ku bereskan semua yang ada di meja kerjaku, dan masukan barang-barang kedalam tas. matikan laptop, matikan pc. waktunya pulaaang!!
dijalan aku merasa sepi, tidak seperti biasanya.. bawaanya dari tadi siang tidak enak. "apa aku butuh waktu untuk sendiri? atau aku terlalu lelah?" pikirku dalam hati. tapi aku tetap melanjutkan perjalanan pulang dengan berharap tidak terjadi sesuatu.
dan ya, firasatku benar. setibanya di gang jalan menuju rumah, aku melihat sekeliling lampu padam. aku kira ini yang menyebabkan aku tidak tenang, tapi ternyata bukan.. sesampainya aku di depan rumah, listrik langsung menyala. seperti biasa, aku masukan kendaraan yang aku gunakan kedalam rumah, lepaskan helm dan alas kaki ditempatnya. dan salam pun tak lupa aku ucapkan untuk kedua orang tuaku. tapi yang aku lihat pertama hanya ayahku saja. dan aku terus menuju kamar dengan melewati ruang tamu dengan perlahan. disanalah, di ruang santai ini aku melihat ibuku menangis. sudah lama aku tidak melihatnya menangis, ntah apa yang membuatnya bersedih hari ini. "ada apa ini? apa yang terjadi?" ucapku dalam hati. aku bertanya, "kenapa ma?" mama hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap menangis. hatiku tak sanggup melihat ini. aku langsung masuk kamar, dan aku masih belum mengerti apa yang terjadi. tanda tanya besar yang masih berputar dikepalaku, "kenapa mama menangis? siapa yang melakukan ini??" aku ingin bertanya, tapi aku tak sanggup untuk bertanya. pada awalnya aku memang belum merasakan sakit yang mendalam. tapi ketika aku mendekati wanita mulia ini, dan dia mulai bercerita sambil terisak menahan kesedihannya. 20 menit dia bercerita sambil tak henti menangis, aku tak sanggup sebenarnya. ingin kusapu air matanya, ingin kupeluk tubuhnya yang semakin lama semakin menua. tapi ntah kenapa, tubuhku terasa kaku.
dan ya, firasatku benar. setibanya di gang jalan menuju rumah, aku melihat sekeliling lampu padam. aku kira ini yang menyebabkan aku tidak tenang, tapi ternyata bukan.. sesampainya aku di depan rumah, listrik langsung menyala. seperti biasa, aku masukan kendaraan yang aku gunakan kedalam rumah, lepaskan helm dan alas kaki ditempatnya. dan salam pun tak lupa aku ucapkan untuk kedua orang tuaku. tapi yang aku lihat pertama hanya ayahku saja. dan aku terus menuju kamar dengan melewati ruang tamu dengan perlahan. disanalah, di ruang santai ini aku melihat ibuku menangis. sudah lama aku tidak melihatnya menangis, ntah apa yang membuatnya bersedih hari ini. "ada apa ini? apa yang terjadi?" ucapku dalam hati. aku bertanya, "kenapa ma?" mama hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap menangis. hatiku tak sanggup melihat ini. aku langsung masuk kamar, dan aku masih belum mengerti apa yang terjadi. tanda tanya besar yang masih berputar dikepalaku, "kenapa mama menangis? siapa yang melakukan ini??" aku ingin bertanya, tapi aku tak sanggup untuk bertanya. pada awalnya aku memang belum merasakan sakit yang mendalam. tapi ketika aku mendekati wanita mulia ini, dan dia mulai bercerita sambil terisak menahan kesedihannya. 20 menit dia bercerita sambil tak henti menangis, aku tak sanggup sebenarnya. ingin kusapu air matanya, ingin kupeluk tubuhnya yang semakin lama semakin menua. tapi ntah kenapa, tubuhku terasa kaku.
air mataku masih kutahan agar tak terlihat olehnya, aku ingin terlihat kuat. dialah ibuku yang selalu terlihat kuat dan tegar kini menangis dihadapanku. aku berusaha menghibur dan mengurangi kepedihan hatinya. aku tak bisa berfikir lagi, mata ini sudah seperti awan hitam yang sudah tak sanggup lagi menahan air yang turun menjadi hujan. mataku sudah terlalu berat untuk menahan air mata ini. setelah lama bersamanya, aku langsung beranjak ke kamar.
aku sendiri dan baru merasakan betapa sakitnya hatiku, betapa hancurnya hati ini melihat wanita yang kucintai menangis. rasa ini lebih sakit dari pada rasa diputuskan pacar. aku terus berfikir dan merenung, disaat seperti ini dia masih memikirkan aku, disaat dia tersakiti dia masih memperdulikanku. aku merasa tak berguna, akupun tak bisa membela ibuku. dan disaat seperti ini aku masih dapat melihat kekuatannya dari ketegaran seorang ibu. "apabila aku di posisinya, apakah aku akan sekuat ini?" gumamku dalam hati.
dialah wanita terkuat yang pernah kulihat, dialah wanita yang menjadi semangatku setiap hari. dialah yang menjadi motivatorku apabila aku lemah, apabila aku melakukan kesalahan dialah orang pertama yang menyadarkanku, dan selalu mengingatkanku. apapun kesalahanku dia selalu memaafkan, dan tak pernah menyimpan dendam. aku belajar tegar darinya, dia terlihat kuat diluar tapi rapuh didalam. walaupun hatinya tersakiti, dia masih bisa melepaskan senyumannya yang menyemangati setiap hariku. aku tak dapat membayangkan, apabila dia pergi, dan tak pernah ada lagi disampingku.
