Bahagia itu Pilihan
Elvina Yanti
August 30, 2014
54
Selamat malam, teman-teman terkeceh dan pembaca setia Blog Saya (kalau ada) -_-). Malam ini adalah Sabtu malam, dimana Saya selalu melakukan hal yang sama di setiap malamnya. Kalau nggak ngeBlog ya jagain Adik Saya yang masih balita. Ini bukan postingan tentang curhat juga bukan ajang untuk mencari jodoh, mhuahahah.. Kalaupun dapat itu bonus *lah
Okeh okeh, kembali ke topik utama. Momen bahagia. Sebenarnya hidup Saya bahagia semua sih, uhmm.. Tapi karena judulnya Satu, jadi Saya ambil satu dari sekian aja deh ya, nanti kebanyakan nggak baik. Berlebihan itu nggak baik, iya kan. iya aja deh.
Mungkin bagi sederetan manusia dimuka bumi ini, memiliki sesuatu benda yang diinginkan itu adalah hal biasa. Bahkan ada yang bisa mendapatkan sesuatu tanpa harus berjuang, alias bergantung pada orang lain. Buat Saya momen yang pernah membahagiakan buat Saya adalah ketika memiliki "Akai".
Akai adalah motor matic pertama Saya yang berwarna merah. Mengapa Saya memberinya nama Akai? karena warnanya merah, dan dalam Bahasa Jepang kalau nggak salah Akai. Jadilah Saya memanggilnya Akai. Akai bergender sama seperti Saya, wanita atau lebih tepatnya perempuan deh.
Akai motor pertama yang Saya beli dengan uang hasil keringat Saya sendiri. Bukan, bukaaaann, Saya bukan jualan keringat. Untuk mendapatkan Akai Saya harus menahan lapar dan dahaga *uhuk agar bisa bersama Akai. Saya mendapatkannya setelah lulus-lulusan SMK tahun 2011. Akai resmi tinggal bersama Saya tanggal 16 Mei 2011. Pulang coret-coret langsung masuk rumah, eh udah ngeliat si Akai berpose manis minta dibawa jalan untuk pertama kalinya. Saat itu Saya senang pakai banget, udah alhamdulillah lulus SMK, lah si Akai pun muncul dirumah. Dan emang Saya nggak sabar buat First Date bareng Akai. Jadilah 16 Mei 2011 tanggal jadian Saya bersama Akai.
Dalam mendapatkan sesuatu yang benar-benar kita inginkan, kita memang harus berusaha. Usaha yang akan menjadi proses yang dapat dinikmati dan dikenang ketika bisa mendapatkannya. Terkadang, ketika prosesnya terlalu biasa juga nggak terlalu mengenang dihati. Tapi dengan usaha yang "wah" itu bakalan ingat betapa usaha yang sudah diperbuat dan nggak bakalan sia-siain apa yang udah didapatkan dari proses yang panjang itu.
Saya membeli Akai secara kredit, Saya memang nggak mau bergantung sama orang tua, memang sih rumah dan makan segala macam masih nebeng sama orang tua, Hauhahaha. Tapi setidaknya nggak semuanya Saya gantungkan sama orang tua.
Setelah hampir setengah tahun Saya kerja part time di sebuah kantor dimana Saya magang, Saya dapat menyimpan beberapa receh demi receh untuk mendapatkan Akai. Jadilah, ketika tamat sekolah Ibu nanya "Ina, kamu mau lanjut kuliah dimana?" Saya hanya terdiam. "Ina ada dapat jalur PBUD di Unri sama UIN Ma" lanjutku. "Terus mau pilih yang mana?" tanya Ibu lagi. "Ina mau kerja aja" tegasku. Saya ada pegang uang sih, hasil tabungan kerja part time yang awalnya itu buat modal kuliah. Dan Ibu nggak tahu soal uang ini. Karena Saya ingin kerja sambil kuliah, jadilah Saya menggunakan uang itu untuk membeli si Akai. Ibu tahunya ketika Aku minta belikan motor, jadilah dibantu Ayah buat ngurus ke leasing-nya sebagai penanggung jawab aja tapi BPKB dan STNK Saya minta menggunakan nama Saya.
Ketika memilih untuk kerja part time ini agak berat juga. Namanya juga masih masa rempong-rempongnya jalan bareng sama teman. Ketika teman Saya ngajak pergi Saya nggak bisa karena kerja. Ini awalnya menyakitkan memang. Tapi pada akhirnya untuk mendapatkan sesuatu kita harus berkorban. Dan ya, Saya mengorbankan masa senang-senang bersama teman Saya.
![]() |
Akai Lagi "Perawatan" |
Awalnya memang berat ketika harus membayar uang kuliah sendiri dan juga membayar kredit motor. Akhirnya Ayah nawarin buat bantu bayarin uang kuliah setengahnya. Akhirnya beban agak berkurang sedikit. Sampai pada akhirnya Saya berhasil mendapatkan Akai seutuhnya dengan Sah setelah mendapatkan BPKB.
Ada kebanggaan tersendiri dalam menjalani proses mendapatkan Akai. Dimana Saya harus berhemat dan harus bisa mengatur uang yang akan keluar di dua jalur utama. Jalur pertama adalah Uang Kuliah dan Jalur kedua adalah uang untuk menebus Akai.
Sudah 3 Tahun 3 Bulan 8 hari Saya bersama Akai. Banyak jalan mulus, jalan rusak mendaki dan menurun, yang telah Saya lewati bersama Akai. Saya juga pernah membawa Akai sendiri dari Pekanbaru menuju Kota Padang. Itu asli greget banget dan hasilnya kena "Kultum" sama keluarga di Padang karena nekat bawa motor sendiri.
Banyak juga jatuh bangun yang sudah Saya lewati bersama Akai. Hingga badan Akai dibeberapa titik penuh luka hasil guling-guling dijalan bersama Saya. Hingga stangnya bengkok, dan velgnya baling dan masih banyak lagi. Akai nggak pernah ngeluh, Akai masih tetap kece. Akai udah beberapa kali perawatan, luluran dan pergantian sparepartnya. Pernah sih ngeluh, karena Saya lupa bawa Akai perawatan, huahaha.
Momen bahagianya itu ketika mengenang proses mendapatkan Akai. Bangga aja ketika dengar Ibu bilang "Itu dia sendiri yang beli" ketika ada Ibuk-ibuk rempong bilang "Anak itu jangan dimanjain, dikit-dikit dibelikan apa yang dia minta". Bangganya lagi ketika jalan bareng Akai. Coba deh dengan proses yang sedemikiannya, kita bisa bersama seseorang yang kita inginkan. Pasti ada rasa Bahagia yang mendalam. Memang sih Akai bukan manusia. Tapi Akai ini bermanfaat banget buat Saya, pulang pergi kantor dan kuliah Saya bersama Akai.
Mendapatkan sesuatu yang bermanfaat itu awesome moment banget. Mendapatkan sesuatu yang benar-benar kita usahakan itu punya rasa bahagia dan kebanggaan tersendiri. Nyamannya itu disini *nunjuk hati. Karena ini prosesnya sesuatu pastinya kita lebih menjaga barang yang kita dapatkan susah payah.
Sebenarnya prosesnya itu yang membahagiakan dan yang akan selalu dikenang. Terkadang banyak juga yang melupakan proses yang sebenarnya lebih penting. Untuk mendapatkan hasil yang baik otomatis kan mesti membuat proses yang baik juga. Nah ini yang Saya alami, ya meskipun nggak terlalu baik juga sih prosesnya. Setidaknya Saya mencoba berusaha untuk mendapatkan apa yang Saya inginkan.
Emang sih cuma motor. Tapi kan memang harus mulai dari yang kecil dulu baru menuju besar. Maka dampaknya kita akan menghargai apa yang kita punya tanpa sibuk dengan rasa iri yang menumpuk dengan apa yang orang lain punya. Pernah Saya baca "Terlalu sibuk iri dengan apa yang orang lain punya, membuat kita tidak menikmati apa yang kita punya". Mungkin ini benar.
Waktu Saya flashback mengenai proses yang rumit membuat Saya bisa menghargai apa yang Saya punya. Meskipun disaat Saya berjuang buat mendapatkan sesuatu, diluar sana banyak orang yang dapat dengan mudah mendapatkan apa yang mereka mau. Tapi apa mereka bisa menikmati prosesnya? nggak tahu. Yang buat Saya bahagia dan senyum-senyum sendiri adalah ketika Saya mengenang proses mendapatkan Akai!! Itu indah banget, Saya sampai berkaca-kaca *oke lupakan.
Bahagia itu memang sederhana, tapi prosesnya yang nggak sederhana
Coba bayangin aja, baru tamat sekolah tapi Saya udah bisa mendapatkan Akai dengan tabungan yang nggak seberapa itu, itu bahagia banget ngettt.. ngett.. Dari SMK Saya udah punya harapan pengin punya kendaraan hasil kerja Saya sendiri dan ketika Saya mewujudkan itu, Ya Allah itu bahagianya. Lebay? bodo ah yang ngerasaain kan Saya :p hiahahahah Karena bahagia itu kita yang pilih. Bahagia itu pilihan :)